- Hidup Semenjana
- Posts
- Ritual Malas untuk Produktif Menulis
Ritual Malas untuk Produktif Menulis
Semua orang suka malas-malasan. Semua orang ingin sukses
Semua orang suka bermalas-malasan. Secara paradoks kemalasan adalah kunci menyelesaikan pekerjaan apa pun.
Tim Kreider, penulis esai dan kartunis New York Times mengatakan, “Aku tidak sibuk. Aku orang ambisius paling malas yang pernah ku kenal.”
Ketika kesibukan mulai datang padanya, ia melarikan diri. Ia pergi ke “lokasi rahasia”. Tempat di mana ia tidak terganggu oleh pekerjaan-pekerjaa kecil yang tidak berdampak serius — tapi mengganggu pekerjaan utamanya.
Ia pergi retret. Ke lokasi rahasia. Tempat yang tidak ada TV dan internet. Tempat di mana ia tidak bisa membalas email. Tempat di mana ia bebas dari distraksi.
Itu harus ia lakukan. Untuk dia menyelesaikan esai pertamanya. Tugas bernilai tinggi yang harus dia kerjakan dengan deep work.
Kata kuncinya: FOKUS.
Ia butuh tempat dan waktu untuk fokus. Konsentrasi penuh untuk satu tugas yang bernilai tinggi.
“Kemalasan membuatku bekerja lebih baik.”
“Kemalasan bukan tentang liburan, bersenang-senang, atau kebiasaan buruk. Otak sangat butuh sebagaimana tubuh butuh vitamin D. Tanpanya, kita menderita gangguan mental.”
Otak kita butuh istirahat.
Jangan memacunya sepanjang waktu. Itu memicu kelelahan.
Kelelahan membuat Anda hilang konsentrasi. Tanpa kemampuan konsentrasi, Anda tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang bernilai tinggi.
Anda perlu mengistirahatkan otak sadar, dan membiarkan otak bawah sadar mengambil alih.
Otak sadar kita terbatas. Ia diperlukan untuk tugas sistematis dan perhitungan.
Ketika informasi terlalu banyak, tak terukur, kompleks, dan saling bertentangan, otak sadar Anda hang.
Itu tugas otak bawah sadar Anda.
Ibarat komputer. Otak sadar adalah personal komputer di rumah Anda. Tugasnya adalah menyelesaikan tugas-tugas spesifik seperti excel.
Otak bawah sadar, lebih advance, ia seperti google dengan algoritmanya. Menampung big data dan mengolah informasi acak dan dengan mudah menjawab pertanyaan sulit.
Dengan mengistirahatkan otak sadar Anda, otak bawah sadar akan mengambil alihnya.
Dengan itu ide-ide cemerlang akan datang.
Datang seperti pencerahan di saat Anda mengalami kegelapan.
Jalan-jalan di alam meningkatkan konsentrasi
Attention Restoration Theory (ART) menyatakan menghabiskan waktu di alam meningkatkan konsentrasi.
Penelitian itu menguji dua kelompok subjek.
Satu kelompok diminta untuk menelusuri jalanan kota.
Satu kelompok diminta untuk menelusuri alam.
Hasilnya:
Berjalan di kota membutuhkan banyak mengambil keputusan. Persimpangan jalan. Penyeberangan. Suara kendaraan.
Setiap hambatan itu membutuhkan pengambilan keputusan. Setiap mengambil keputusan mengurangi energi.
Akhirnya, berjalan di perkotaan menguras energi, dan menyisakan sedikit konsentrasi.
Sebaliknya berjalan di alam lebih santai. Minim gangguan. Konsentrasi terjaga.
Bahkan di alam, ada stimulus perhatian. Matahari terbit atau matahari tenggelam. Menikmati stimulus itu justru mengisi ulang konsentrasi dan meningkatkan fokus.
Ini related dengan distraksi medsos. Gangguan notifikasi. Suguhan video pendek tanpa sengaja menguras energi konsentrasi kita.
Padahal, kemampuan konsentrasi kita terbatas dalam satu hari.
Pemula maksimal 1 jam.
Para ahli bisa sampai 4 jam sehari.
Untuk itu kita perlu mengurangi otak dari distraksi yang tidak perlu. Mematikan notifikasi. Tidak lembur. Mengobrol dengan teman, mendengarkan musik, meditasi, bermain dengan anak, jalan kaki.
Gunakan energi fokus Anda untuk hal-hal bernilai tinggi. Tugas paling penting Anda. Lalu sisanya untuk mengisi ulang konsentrasi Anda.
Efek Zeigarnik
Teori zeigarnik: tugas yang belum selesai menghantui perhatian kita.
Anda pasti pernah merasakan itu. Sudah sampai rumah, tapi pikiran masih terbayang-bayang pekerjaan yang belum selesai.
Tubuh Anda di rumah tapi jiwa Anda di kantor.
Itu buruk.
Anak-anak dan istri Anda sudah seharian menunggu Anda di rumah.
Menanti ayahnya menemani mereka bermain.
Menanti suaminya untuk mendengarkan utang 2.000 kata istri yang belum terucap.
Untuk itu, Anda harus menghentikannya.
Di akhir sesi bekerja, 15 menit sebelum pulang, buat daftar pekerjaan Anda yang belum selesai.
Buat rencana penyelesaiannya. Tulis detil kapan dan di mana Anda akan mengerjakannya.
Lalu berkomitmen: shutdown completed.
Anda tidak akan memikirkan pekerjaan yang belum selesai itu. Meletakkannya di dalam pagar kantor Anda.
Pulanglah dan temuilah anak-anak dan istri Anda dengan utuh.
Saya suka konsep minimalisme. Pada semua hal. Termasuk menulis.
Malas pada konteks tulisan ini berkaitan dengan minimalisme.
Saya punya waktu dan tempat menulis yang sama setiap hari. Tidak lama. 2–3 jam sekali duduk.
Saat menulis itu di waktu dan tempat yang minim distraksi.
Saya menulis di kamar gelap. Di waktu semua keluarga saya sedang tidur: 3 dini hari.
Saya membebaskan pikiran saya dari menulis dan mengedit selain di waktu itu.
Ritual ini membuat saya menyelesaikan tulisan. Pun saya tidak menulis dengan membabi buta. Cukup satu tulisan selesai dalam sekali waktu.
Saya juga merasa orang yang agak perfeksionis. Untuk itu menulis sekali jadi dengan fokus penuh dan minim distraksi adalah cara saya berdamai dari perfeksionisme.
Satu tulisan yang selesai lebih baik daripada memiliki banyak ide.